Ghent, Belgia – Di tengah hiruk pikuk Kouter Square yang biasanya menjadi pasar bunga, Lotte Kopecky, sang juara dunia bersepeda perempuan, menjadi pusat perhatian. Bukan dalam balapan, melainkan saat dirinya naik sepeda bir bersama para pria yang sedang merayakan pesta bujangan.
"Saya sedang berfoto dengan penggemar, tiba-tiba terdengar teriakan nama saya," kenang Kopecky. "Mereka meminta saya untuk ikut bergabung." Tanpa ragu, Kopecky melompati pagar pembatas dan bergabung dengan mereka, membuat para pria itu takjub.
Aksi Kopecky ini menjadi bukti di balik sosok pebalap berwajah datar yang dikenal pedal-thrashing panache, terselip sisi menyenangkan. Kopecky yang kini menginjak usia 28 tahun telah meraih prestasi luar biasa, termasuk gelar juara dunia, tiga gelar juara road race nasional, dan enam hari berjersey kuning di Tour de France Femmes.
Namun di luar lintasan, Kopecky adalah sosok yang berbeda. Dengan gaya rambut ekor kuda dan kaus merah muda, dia memancarkan aura profesional. Namun, bila bicara tentang merek pakaiannya sendiri, "LoKo", Kopecky mengaku mendapat inspirasi dari namanya yang berbunyi "Lo, Ko."
"Saya suka melakukan hal-hal yang tidak ekstrem, tapi sedikit gila," katanya. "Itulah mengapa brand ini sangat cocok untuk saya."
Sebagai perempuan, Kopecky menyadari bahwa kesuksesannya telah membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dia kini menjadi panutan bagi banyak gadis yang ingin bersepeda. Sejak Kopecky menjuarai Road World Championships di Glasgow tahun lalu, jumlah gadis yang mendaftar untuk balapan di Flanders meningkat empat kali lipat.
"Sekarang semua orang mengenal saya," kata pembalap SD Worx-Protime itu. "Tidak mudah keluar rumah tanpa dikenali atau diminta selfie. Bahkan saat mengendarai sepeda, orang meminta saya berhenti untuk selfie. Tapi saya merasa ini bagian dari pekerjaan."
Menjadi panutan menginspirasi Kopecky, meski diakuinya di awal cukup berat. "Dulu saya hanya ingin mengendarai sepeda," terangnya. "Tapi sekarang ada banyak hal di balik itu. Saya senang bisa menjadi contoh bagi para gadis muda."
Kopecky sendiri menemukan inspirasi dari sang kakak, Seppe, yang merupakan salah satu role modelnya. Pada usia sembilan tahun, Kopecky mulai bersepeda dan meraih prestasi sejak remaja.
Meski sekarang sudah menjadi profesional, Kopecky masih mengatur rencana pelatihannya sendiri tanpa pelatih. "Ini berhasil bagi saya," katanya. "Saya merasa lebih mudah menyesuaikan rencana berdasarkan bagaimana perasaan saya saat itu."
Kopecky juga tak ragu untuk bersenang-senang di sela kesibukannya. Salah satunya dengan terjun payung di Dubai sebelum UAE Tour. "Saya suka melakukan hal-hal yang penuh adrenalin," katanya.
Ditanya tentang rahasia keserbagunaannya di lintasan, Kopecky menjawab dengan tegas, "Semua tentang kekuatan." Meskipun tidak termasuk pebalap paling ringan, Kopecky memiliki kekuatan yang cukup untuk menempuh tanjakan.
Kesuksesan tidak selalu mudah diraih Kopecky. Butuh waktu lebih dari setahun baginya untuk meraih kemenangan WorldTour setelah merebut gelar juara jalan raya nasional pertamanya. Namun, seiring berjalannya waktu, Kopecky belajar mengendalikan ekspektasi.
"Sekarang saya lebih santai dengan hal-hal ini," katanya. "Saya pikir saya telah membuktikan kemampuan saya dan tidak lagi memberikan tekanan pada diri saya sendiri."
Kopecky bertekad untuk menikmati jersey pelangi yang dipakainya selama enam bulan ke depan. "Saya ingin menang sebanyak mungkin, tetapi itu tidak akan mudah," katanya. "Tapi yang terpenting adalah saya menikmati tahun ini, dengan kemenangan yang indah."
Karakter Kopecky yang santai dan tidak tertekan ini menjadi sisi unik dari seorang juara dunia. Di balik sosoknya yang gigih di lintasan, Kopecky tetaplah pribadi yang ceria dan mudah bergaul.