Geraint Thomas, pembalap tim Ineos Grenadiers, nyaris kehilangan peluang naik podium di Giro d’Italia karena kecerobohannya pada etape ke-19.
Meski berhasil mengatasi tanjakan terberat Cima Sappada, Thomas mengalami insiden ketika roda depannya bersinggungan dengan roda belakang Antonio Tiberi dari Bahrain Victorious sekitar 6 kilometer menjelang finis. Ia jatuh terjerembab ke aspal.
Thomas berhasil bangkit dengan cepat, tetapi harus menunggu lama untuk mendapatkan sepeda pengganti dari mobil tim Ineos. Kejadian tersebut sempat mengancam peluangnya menyalip Daniel Martínez untuk posisi kedua, namun beruntung terjadi kebajikan dari pembalap lain.
Kelompok jersey merah muda berhenti, dan mobil tim Bora-Hansgrohe bahkan membantu Thomas kembali bergabung dengan rombongan. Alhasil, ia tetap berada di posisi ketiga secara keseluruhan setelah melewati garis finis dengan selisih lebih dari seperempat jam dari pemenang etape Andrea Vendrame.
Menurut Thomas, kecerobohannya saat menoleh ke belakang untuk melihat posisi lawan menjadi penyebab insiden. "Saya hanya menoleh ke belakang dan mereka sedikit bergerak, lalu roda saya bersentuhan dan saya jatuh," ungkapnya.
Thomas bersyukur mendapat sepeda pengganti dengan cepat dan berterima kasih pada Bora-Hansgrohe yang membantunya. "Ketika insiden itu terjadi, saya langsung meminta sepeda baru," katanya. "Rasanya mobil tim masih jauh, tapi ternyata cuma butuh beberapa detik. Jadi saya bisa langsung mengayuh lagi."
Thomas beruntung lolos dari cedera berat. Ia hanya mengalami luka lecet di siku kirinya. Kecelakaan ini mengingatkan pada insiden sebelumnya pada Giro 2017 dan 2020 yang memaksanya mundur dari lomba.
"Itu cuma luka kecil dari kecelakaan lama," ujar Thomas. "Setelah 18 tahun menjadi pembalap profesional, Anda pasti punya banyak luka seperti itu. Itu adalah kesalahan yang bodoh."
Meski sempat terhambat, Thomas masih memiliki peluang naik satu peringkat pada etape ke-20 hari Sabtu. Eta
