Penantiah selama 575 hari berakhir bagi Tobias Foss yang berhasil mencicipi kemenangan perdananya bersama Ineos Grenadiers pada etape pertama Tour of the Alps. Meski mengaku bukan spesialis time trial, pebalap Norwegia itu membuktikan kemampuannya dengan finis pertama dalam sprint grup yang ketat di Cortina.
Kemenangan ini menjadi tonggak penting bagi Foss yang berambisi menjadi pemimpin klasifikasi umum (GC) pada balapan besar. "Saya berusaha menjadi pembalap GC yang lebih baik untuk Grand Tour. Saya tahu saya bisa mendaki dengan baik dan sprint cukup bagus melawan pure climber," ujar Foss usai balapan.
Kerja sama efektif dengan Geraint Thomas dan taktik brilian yang memanfaatkan Filippo Ganna sebagai decoy membawa Foss meraih kesuksesan. Prestasi ini membawanya memimpin GC Tour of the Alps dengan unggul empat detik dari Chris Harper.
Meski tahap pendakian yang lebih berat masih menanti di etape 3 dan 4, Foss percaya diri dengan hasil yang telah diraihnya. Ia juga akan kembali berpartisipasi di Giro d’Italia dan mengincar podium GC dengan dukungan Thomas dan Thymen Arsensman.
Kepindahan ke Ineos Grenadiers pada 2024 tampaknya membawa angin perubahan bagi Foss. Ia mengakui mendapat lebih banyak ruang dan kepercayaan dari tim barunya. "Saya merasa tim ini memberi saya sedikit lebih banyak ruang, memberi saya lebih banyak kepercayaan," kata Foss.
Foss juga mengungkapkan bahwa performa apiknya saat ini tidak lepas dari pemulihan dari COVID-19 dan kelenjar gondok yang dialaminya pada musim lalu. Setelah menjalani istirahat delapan minggu, kondisinya secara bertahap membaik meski belum mencapai puncak.
Namun, cita-cita utama Foss adalah menjadi juara time trial individu di Olimpiade Paris. Setelah memenangkan kejuaraan dunia pada 2022, Foss optimistis bisa mengulang kesuksesan pada 27 Juli mendatang.
"Secara pribadi, saya pikir Olimpiade adalah tujuan utama saya tahun ini. Saya ingin menargetkan TT di Olimpiade," jelas Foss.
Perpindahan ke Ineos Grenadiers telah menghidupkan kembali harapan Foss untuk secara konsisten bersaing di level atas bersepeda dunia. Kemenangan di Tour of the Alps menjadi bukti bahwa ia bukan hanya pebalap yang bersinar sesaat, melainkan petarung tangguh yang siap menaklukkan medan terberat.
