Jhonatan Narváez nyaris meraih kemenangan di Giro d’Italia tahap ke-9, tetapi hanya terpaut dua kayuhan pedal oleh pemenang etape Olav Kooij.
Narváez, pebalap Ekuador yang memulai serangan terakhirnya pada tanjakan curam 7 km sebelum garis finis, menyadari bahwa kemenangan dan kekecewaan sama-sama menjadi bagian dari permainan balap sepeda. Ia mengambil risiko, namun usahanya berujung pahit.
"Saya tidak mencoba, Anda tidak tahu apa yang akan terjadi," ujar Narváez kepada Cyclingnews. "Akhirnya, itulah yang terjadi, dan kami tidak bisa meraih kemenangan."
Meski harus puas finis di urutan ke-11, Narváez tidak terlalu kecewa. Ia mengakui bahwa kegagalan adalah bagian dari perjudian yang telah diambilnya.
"Saya tetap kecewa karena saya sangat dekat," kata Narváez. "Tapi itulah bersepeda. Dan itu juga terjadi di setiap olahraga. Olahraga mengajarkan Anda untuk menjadi petarung, setiap hari, terlebih lagi di Grand Tour."
Sementara itu, fokus utama Ineos di Giro ini tetap pada ambisi keseluruhan Geraint Thomas, meski tertinggal 2:58 dari Pogačar. Kebebasan gerak Narváez di final Naples bergantung pada Thomas yang aman melewati bagian paling berliku dari etape.
"Itu direncanakan sedikit," kata Narváez. "Tim memberi saya sedikit kebebasan hari ini, tapi pertama-tama kami harus memastikan bahwa pemimpin kami aman, dan kemudian kami bisa memainkan kartu kami."
Narváez menunjukkan performa yang mengesankan di Giro ini, meski sempat mengalami kecelakaan yang mengakhiri musim klasiknya. Kerja kerasnya di El Playón de San Francisco pada bulan lalu telah membuahkan hasil.
"Saya bekerja dengan sangat baik," katanya. "Tim banyak membantu saya dari segi fisik dan psikologis. Kami melakukan banyak pekerjaan untuk bersiap dan tim menaruh banyak kepercayaan pada saya, dan kami mendapatkan hasil di sini."
Narváez mungkin bukan yang terdepan di minggu pertama Giro ini, tetapi ia telah membuktikan dirinya sebagai pendukung terbaik di balapan akbar ini.
